
10 Agustus 2012, matahari menjelang
tenggelam, membuat apa yang difoto menjadi nampak siluet hitam, yang terlihat
hanya cahaya jingga kemerahan di sebelah barat. Semua teman – teman kelas Rio
sudah siap hiking, mereka
berkumpul
di depan sekolah. Dengan menggunakan 3 mobil pribadi mereka berangkat.
Tampak
pukul 22.53 di jam tangan Rio, mereka sampai di tempat yang tak jauh
dari
puncak Bromo, mereka pun sepakat untuk istirahan di tempat
tersebut.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
11
Agustus 2012 04.30, Fadil sang ketua kelas bangun dan membangunkan
teman
yang lain mengajak untuk shalat shubuh, sebagian ada yang tinggal di
tenda
karna tidak shalat. Setelah semua selesai, mereka menuju puncak Bromo
untuk
melihat matahari terbit. Rio mencari – cari dimana Wita berada, ia
melihat ada
seseorang yang duduk sendirian, ternyata itu Wita, lantas Rio
menghampiri Wita,
“hai Wit” sapa Rio, “eh Rio, ada apa?” senyum Wita, “kamu ngapain
disini, gak
sama yang lain?” Tanya Rio sambil menengok ke teman – temannya, “gak,
aku
disini aja nunggu sunrise-nya” jelas
Wita, “emm…Wit, ikut aku yuk!!” pinta Rio, “kemana?” “udah ikut aja” ajak Rio
sambil menarik tangan Wita dengan lembut, Wita pun menurutinya. “stop, kamu dari sini tutup mata ya!”
pinta Rio, Wita pun menutup matanya, “kamu jagain aku ya Yo!” “iya aku jagain
kamu kok”. Rio terus berjalan menuntun Wita yang menutup mata, “aku udah boleh
buka mata belum?” Wita penasaran, “belum Wit, sebentar lagi”. Rio tiba – tiba
melepas tangan Wita, “loh, Rio kok dilepas. Kita udah sampai?” resah Wita, “iya
kita udah sampai, tapi jangan dibuka dulu mata kamu ya” Wita hanya mengangguk
saja. Tidak berselang lama, “Wit, buka mata kamu!” “……..” Wita membuka matanya
“Rio…” Wita menatap Rio yang ada di hadapannya, “liat kananmu Wit” pinta Rio,
Wita menoleh, “Rio….ini…..ini…ini bagus baget….” Wita terkagum melihat
keindahan matahari terbit yang tampak dari puncak Bromo, terlihat cahaya yang
masih kemerahan namun sedikit menyilaukan
mata, terasa seperti tepat
berada di depan mentari yang menakjubkan itu. Sedang Wita terkagum dengan
mentari, tiba – tiba Rio memegang kedua tangan Wita, sontak Wita terkejut,
“Wit, aku mau bilang sesuatu sama kamu, sebenarnya aku suka sama kamu sejak
awal, tapi aku menahan itu semua karna aku menganggap kita beda status, aku
cuma cowo biasa – biasa aja, sedangkan kamu, kamu anak orang berada Wit, kamu
sempurna. Tapi lama – lama aku ngerasa status bukan halangan untuk aku suka
sama kamu, sekarang aku mau tanya sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?” akhirnya
Rio mengutarakan perasaannya dengan rencana yang telah dirancang olehnya,
disaksikan oleh mentari pagi yang menyinari puncak Bromo. Wita pun tercengang
mendengar itu, “Rio, kamu jangan bercanda ah” “aku gak bercanda, aku serius”
“emm..gimana ya….” Wita bingung dengan ini semua, dan akhirnya……. “Rio, kenapa
harus begini sih?” tanya Wita, “emang kenapa?” balas Rio, “aku emang sayang
sama kamu, tapi maaf aku gak bisa kalo ini sampai dilanjutin, aku gak bermaksud
bikin kamu sakit hati, maafin aku Rio” jawab Wita tersedu – sedu, “tapi
kenapa?” tanya Rio memelas, “aku belum siap kehilangan kamu, aku belum siap
pisah sama kamu, aku butuh kamu Yo. Aku tau disaat kamu jadi sahabat aku, kamu
akan ada buat aku, tapi kalau jadi pacar dan kalau sampai putus, kamu akan
niggalin akau, aku gak mau itu sampai terjadi Yo, karna sahabat tidak ada kata
mantan” jelas Wita dengan meneteskan air mata, “jadi selama ini kamu hanya
menganggap aku sahabat?” Rio makin risau, “kamu itu lebih dari sahabat Yo, aku
sayang sama kamu, tapi bukan untuk jadi pacar, maaf banget ya aku gak bermaksud
bikin kamu sakit hati Yo” Wita menjelaskan terisak – isak dengan air mata
menetes di pipinya, “tapi…..yaudah kalo memang kamu maunya begitu ya aku gak
akan maksa kamu, kalao memang begitu maka jadilah sahabat yang terbaik untukku
selamanya ya!” pinta Rio yang menerima keputusan Wita. Rio pun menghapus air
mata yang mengalir di pipi Wita, dan mereka pun turun dari puncak karna mentari
yang menjadi saksi mereka berdua telah meninggi. *Ku titipkan kenangan kita diatas puncak Bromo dan dibawah sinar
mentarinya, tapi ingatlah saat kau ingin mengenangnya kembali, pejamkan matamu
sejenak, maka aku akan hadir didepanmu membawa semua kenangan manis kita* -TAMAT-

0 comments:
Post a Comment